fbpx
Skip to content

Antasari Place

Antasari Place

Home » Hidup dengan Polusi Udara Jakarta

Hidup dengan Polusi Udara Jakarta

polusi udara Jakarta

Jakarta, Ibu Kota Indonesia, telah lama dikenal dengan masalah polusi udaranya. Sebagai pusat kegiatan ekonomi dan politik, Jakarta menjadi wilayah padat penduduk yang mengalami pertumbuhan pesat terhadap jumlah kendaraan bermotor, industri, dan pembangunan infrastruktur. 

Hal ini kemudian berdampak pada peningkatan emisi gas buang kendaraan, asap industri, dan debu dari konstruksi sehingga mengakibatkan kualitas udara di Jakarta mengalami penurunan yang signifikan.

Selain itu, kemarau panjang yang belakangan ini terjadi juga membuat polusi udara Jakarta semakin parah karena menyebabkan polutan halus terkonsentrasi dan bertahan lebih lama di udara. Alhasil, polusi udara kian menjadi permasalahan serius yang mengancam kesehatan masyarakat dan lingkungan Jakarta.

Tingkat Polusi Jakarta

Tingkat polusi udara di Jakarta saat ini sangat mengkhawatirkan, dengan konsentrasi polutan halus berukuran jari-jari 2,5 mikro meter (PM2,5) sering kali melebihi standar kualitas udara yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Adapun, menurut WHO, (https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-66514776) suatu wilayah seharusnya tidak memiliki polutan halus PM2,5 melebihi 5 mikrogram (μg) per meter kubik (m3) dalam rata-rata per tahun.

Laporan terbaru dari AirNow mengungkapkan bahwa polusi udara di Jakarta pada Mei hingga September berada pada kisaran 35 μg/m3 hingga melebihi 50 μg/m3. Sementara itu, pantauaian IQAir per 19 September 2023 menunjukkan skor kualitas udara Jakarta mencapai 155 AQI US dengan polutan halus rata-rata sebanyak 63 μg/m3. Data-data ini secara signifikan melampaui batas aman yang ditetapkan oleh WHO, menandakan bahwa warga Jakarta sedang menghadapi masalah serius terkait kualitas udara yang mereka hirup setiap hari.

Dampak Polusi Udara

polusi udara Jakarta

Buruknya polusi udara Jakarta menimbulkan sejumlah dampak serius bagi kesehatan masyarakat, termasuk peningkatan kasus ISPA, asma, bronkitis, pneumonia, serta risiko tinggi terhadap kanker nasofaring dan paru-paru.

Tidak hanya itu, polusi udara juga mengurangi usia harapan hidup penduduknya. Studi dari Energy Policy Institute (EPIC) Universitas Chicago menunjukkan bahwa jumlah polutan halus di udara Jakarta dan sekitarnya naik sebesar 30% dalam 10 tahun terakhir. Ini memperpendek usia harapan hidup penduduk Jakarta dan sekitarnya hingga 2,6 tahun dibandingkan dengan mereka yang menghirup udara sesuai standar aman dari WHO.

Di sisi lain, lingkungan juga turut terdampak akibat buruknya polusi udara Jakarta. Mulai dari kerusakan tanaman akibat terpapar zat-zat beracun, pencemaran air, perubahan iklim mikro, hingga munculnya kabut asap tebal yang dapat mengurangi visibilitas dan menghambat aktivitas masyarakat sehari-hari.

Kebijakan Pemerintah

Dalam menanggapi situasi ini, pemerintah telah mengimplementasikan sejumlah langkah konkret. Untuk solusi jangka pendek, mereka berupaya menciptakan hujan buatan melalui rekayasa cuaca, meningkatkan jumlah area terbuka hijau, mendorong penggunaan sistem kerja gabungan antara rumah dan kantor, serta menerapkan sistem ganjil-genap pada kenderaan bermotor di beberapa jalan utama Jakarta untuk mengurangi kemacetan dan emisi gas buang.

Di samping itu, untuk solusi jangka menengah, upaya pengurangan kendaraan berbahan bakar fosil dipercepat melalui pengadaan kendaraan listrik serta penyediaan subsidi dan perbaikan infrastruktur untuk mendorong warga lebih banyak menggunakan transportasi umum. Misalnya, seperti TransJakarta, LRT, dan MRT.

Adapun, untuk kebijakan jangka panjang, pemerintah menguatkan aksi mitigasi dengan memperketat pengawasan dan penegakan hukum terhadap industri serta pembangkit listrik di Jakarta dan sekitarnya yang melanggar standar emisi yang ditetapkan.

Penutup

Polusi udara Jakarta adalah masalah serius yang memerlukan perhatian segera dari semua pihak. Keterlibatan aktif dari setiap anggota masyarakat sangat diperlukan untuk mengurangi dampak negatifnya. Langkah-langkah sederhana seperti mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, berpartisipasi dalam program penghijauan, serta menggunakan energi terbarukan dapat menjadi awal perubahan yang positif. 

Inilah saat yang tepat untuk berkomitmen menjaga lingkungan dan kesehatan kita serta menciptakan kondisi Jakarta yang lebih baik di masa mendatang.